TEMPO.CO, Jakarta - Satu dari empat wanita Indonesia berusia di atas 50 tahun menderita osteoporosis,
yang kemudian dapat menyebabkan patah tulang paha. Akibatnya, 20 sampai
100 ribu wanita Indonesia usia 50-54 tahun terdeteksi mengalami patah
tulang pangkal paha akibat osteoporosis.
"Angka ini meningkat 45 kali lipat pada wanita berusia 85 tahun ke atas," ujar dokter Gunawan Tirtahardja, Direktur Jakarta Osteoporosis Center, dalam konferensi pers "Lawan Osteoporosis dengan Talk, Test, dan Treat" di Rumah Sakit Medistra, Kamis, 24 Oktober 2013.
Lebih lanjut, Gunawan mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa angka kematian akibat patah tulang paha yang disebabkan oleh osteoporosis meningkat 20 persen. Bahkan, angka kecacatan akibat patah tulang paha mencapai 50 persen.
Sayangnya, untuk menciptakan keadaan bebas osteoporosis, menurut dokter Bambang Setyohadi, tidak memungkinkan. "Paling memungkinkan adalah menciptakan kesadaran akan proses osteoporosis yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup," kata Bambang yang juga Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI).
Penurunan kualitas hidup inilah yang berujung pada kematian. Bambang mencontohkan, mudahnya penderita osteoporosis terkena infeksi paru. "Karena penderita osteoporosis kan tidak bisa bergerak. Hanya di tempat tidur terus dan akibatnya lendir tenggorokan tidak dapat keluar dengan baik," ujar Bambang.
CHETA NILAWATY
"Angka ini meningkat 45 kali lipat pada wanita berusia 85 tahun ke atas," ujar dokter Gunawan Tirtahardja, Direktur Jakarta Osteoporosis Center, dalam konferensi pers "Lawan Osteoporosis dengan Talk, Test, dan Treat" di Rumah Sakit Medistra, Kamis, 24 Oktober 2013.
Lebih lanjut, Gunawan mengutip data dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa angka kematian akibat patah tulang paha yang disebabkan oleh osteoporosis meningkat 20 persen. Bahkan, angka kecacatan akibat patah tulang paha mencapai 50 persen.
Sayangnya, untuk menciptakan keadaan bebas osteoporosis, menurut dokter Bambang Setyohadi, tidak memungkinkan. "Paling memungkinkan adalah menciptakan kesadaran akan proses osteoporosis yang dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup," kata Bambang yang juga Ketua Umum Perhimpunan Osteoporosis Indonesia (PEROSI).
Penurunan kualitas hidup inilah yang berujung pada kematian. Bambang mencontohkan, mudahnya penderita osteoporosis terkena infeksi paru. "Karena penderita osteoporosis kan tidak bisa bergerak. Hanya di tempat tidur terus dan akibatnya lendir tenggorokan tidak dapat keluar dengan baik," ujar Bambang.
CHETA NILAWATY
Credit : http://www.tempo.co/read/news/2013/10/24/060524273/1-dari-4-Perempuan-Indonesia-Kena-Osteoporosis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar